Bappeda Gelar FGD Bahas Desain Kajian Bidang Ekonomi Pembangunan Tahun 2024

Dalam rangka menjalankan amanat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasioanal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2016 tentang Pedoman Penelitian dan Pengembangan dilingkungan Kementrian dan Pemerintah Daerah, Bappeda Kabupaten Sarolangun menyelenggarakan“Focus Group Discussion Pembahasan Desain Kajian Bidang Ekonomi dan Pembangunan Tahun 2024” di Aula Bappeda Kabupaten Sarolangun, Rabu (23/10). Kegiatan ini dihadiri oleh Unsur Perangkat Daerah, Perguruan Tinggi, dan Kelompok Petani, dengan Narasumber dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Sekretaris Bappeda Kabupaten Sarolangun, Maria Susanti dalam sambutannya menyampaikan bahwa tujuan dari penyelenggaraan kegiatan ini adalah, Mengidentifikasi kondisi pasar tradisional dan aksesibilitasnya, Mengidentifikasi kondisi UMKM didaerah.

“Mendorong menjadi UMKM yang lebih inovatif dan berdaya saing. Mengidentifikasi potensi Desa Inovasi, memperkuat kapasitas kelembagaan dan budaya inovasi masyarakatnya dalam mengembangkan produk unggulan daerah, mengembangkan dan Penguatan Produk Unggulan Daerah (PUD), Mengidentifikasi rantai nilai klaster industri pertanian serta Memberikan penguatan muatan Riset dan Inovasi bagi perencanaan Daerah,”kata Maria.

Lebih lanjut, Maria menyampaikan bahwa Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan industri di Kabupaten Sarolangun dalam Perda Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2017-2022.

“Ya itu pengembangan agroindustri yang belum optimal dalam pengolahan dan pemasaran, b) penguasaan teknologi pada IKM belum optimal, c) belum adanya industrI skala besar, d) masih kecilnya share sector industri dalam perekonomian daerah, e) belum optimalnya pertumbuhan jumlah usaha. f) ketersediaan tenaga kerja yang berkualitas sesuai kebutuhan dunia usaha industri masih rendah, g) penyediaan infrastruktur dan pelayanan bidang energi belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri, h) pengembangan agroindustri belum optimal guna meningkatkan nilai dari komoditas unggulan pertanian, tanaman pangan dan perkebunan dan i) masih belum berkembangnya sektor hilir (agroindustri sehingga masih rendahnya nilai tambah sektor pertanian komoditas unggul,”tutupnya.

Pilihan Redaksi

Berita Terbaru